Paling Timur dari Jawa: Banyuwangi (Bagian 2)

 Halo lagi, semua!

Setelah membahas tentang daftar destinasi di Banyuwangi, sekarang waktunya kita membahas tentang hal-hal lain yang gak kalah penting yaitu konsumsi (alias KULINEEERRRRR), transportasi, akomodasi, dan perlengkapan selama perjalanan Banyuwangi ini!! Siapa tauu ada yang ketinggalan bagian 1-nya, mangga baca di sini, yaa BAGIAN 1 

Penampilan Stasiun Banyuwangi Kota pada malam hari


KULINER πŸ˜‹πŸ˜‹

Kita mulai dari kulinernya Banyuwangi dulu kali, yeaa. Bisa dibilang, Banyuwangi punya cukup banyak makanan khas daerah mereka. Untuk cita rasanya sendiri gak beneran Jawa Timur banget, tapi juga gak Bali-Bali amat WGWGWG. Khas mereka, lah, pokoknya.

Nasi Cawuk - Sego Cawuk Bu Sri

Kayaknya, hampir semua daerah di Indonesia tuh punya makanan nasi khas daerah mereka sendiri, gak, sih? Nasi Jamblang dari Cirebon, Nasi Padang, Nasi Liwet Sunda, Nasi Liwet Solo, Sego Pecel khas Jawa Timur, dan buanyak lainnya. Yaaa namanya juga Indonesia, sih, kalo gak makan nasi kan kayak belum makan ya, hihi. Nah, di Banyuwangi ini juga ada khasnya, namanya Sego Cawuk (Nasi Cuwuk). Biasanya jualnya sebagai menu sarapan. Ini kami nemu di Google Maps yang terdekat dari Masjid Raya Baiturrahman dan kondisinya buka aja sih waktu itu, hehe, tapi silakan banget kalau mau coba ke sini juga! Namanya Sego Cawuk Bu Sri, jualannya di teras rumah di gang yang cukup kecil (sekitar 1 mobil dan 2 motor). Karena ini menu sarapan orang sekitar, jadi pas kami makan di sana itu banyak warga sekitar yang lagi beli sarapan juga. Lokasi tepatnya mangga cek di Google Maps di sini aja.

Warung Nasi Cawuk Bu Sri

Secara porsi, jujur, gak sesedikit yang terlihat, sih, hahaha. Isinya telur, tahu, dan ada ikannya terus kerupuk juga. Rasanya ... enak-enak aja sih, tapi kalau disuruh beli lagi mungkin aku akan satu berdua ya. Soalnya lauknya banyak, jadi gampang bikin eneg kalau gak teratur makannya. Btw, ini kalo gak salah makanan ini bawaan aslinya pake sambal, jadi kalo gak suka/bisa pedas, bisa kasih tau aja langsung dari awal. Harga satu porsi Nasi Cawuk sekitar Rp10.000,00.

Penampilan Seporsi Nasi Cawuk

Nasi Rawon XXX

Nasi Rawon ini memang merupakan salah satu makanan khas Jawa Timur. Dari banyak kota yang aku pernah datangi, itu pasti warung rawon jumlahnya gak sedikit. Nah, kebetulan di Banyuwangi ini kami juga makan nasi rawon di warung XXX (maappp banget lupa namanya). Uh maaf sebelumnya, tapi kalau menurutku, sih ..., warung ini gak sepadan dengan nama dan harga jualnya. Rasa rawonnya biasa aja untuk harga yang dipatok (rawon daging biasa Rp30.000,00). Selain rawon daging, mereka juga menjual rawon dengan berbagai bagian sapi (rawon X, Y, Z) dengan rentang harga Rp30.000,00-Rp50.000,00. Akan tetapi, berdasarkan percobaan kami memesan menu-menu yang berbeda, ternyata rasa dan kesannya gak sesignifikan itu, untuk perbedaan harga yang lumayan. 

Nasi Rawon

Nasi Rawon Pecel - Depot Pecel Ayu

Entah perasaanku aja atau emang iya, kayaknya wargi Banyuwangi seneng memadukan makanan, ya? πŸ˜…πŸ˜…. Kulineran kami berikutnya adalah Nasi Rawon Pecel. Makanan ini gabungan antara rawon dengan pecel. Warung yang kami kunjungi namanya Depot Pecel Ayu (lokasi di Google Maps-nya di sini). Kami waktu itu mampir ke sini menuju waktu makan siang. Terbilang gak terlalu ramai, sih.

Kalau soal rasa, dengan cukup mengejutkan, ternyata perpaduan kedua makanan ini ... cukup enak, lo! Terkezut karena ternyata bumbu rawon kalo dicampur bumbu kacangnya pecel itu enak, haha. Paket lengkap pula karena ada daging, gorengan, sayur, dan kerupuk. Harga satu porsinya Rp17.000,00, dan teh manis panas Rp4.000,00, dan ada pajaknya 10%.

Nasi Pecel Rawon

Rujak Soto

Untuk yang satu ini, seperti namanya, Rujak Soto ini makanan yang menggabungkan antara rujak dengan (kuah) soto, HAHAHAH, sangat menjelaskan bukan. Sebelumnya mau minta maafffff banget ke wargi Banyuwangi, tapi kayaknya di antara kuliner khas Banyuwangi yang aku cobain, aku paling gak cocok dengan Rujak Soto ini. Entah kebetulan gak ketemu dengan tukang masak yang pinter atau emang gak cocok aja. Aku kurang cocok karena menurutku perpaduan rasa antara dua makanan itu kayak ... kurang masuk aja gitu. Maaf ya πŸ™πŸ™ semoga suatu saat ada kesempatan yang bisa mengubah pikiranku, hehe. Kebetulan tempat makan kami yang ini aku lupa di mananya, tapi kalo gak salah sih ada di sekitaran jalan Pelabuhan Ketapang-Kota. Harga satu porsinya Rp25.000,00 untuk varian daging, sedangkan kalau ayam Rp20.000,00, teh manis panas Rp3.000,00, es pisang ijo Rp5.000,00.

Rujak Soto (plus Es Pisang Ijo)

Ikan Bakar di Pantai Pasir Merah

Ketika sampai di Pantai Pasir Merah sekitar pukul 2 siang, pantainya panas bianget, HAHA (yaiyalah). Oleh karena itu kami memutuskan untuk makan dulu di warung sekitaran area pantai. Dengan menu ikan bakar (2 atau 3 ekor), nasi empat, minum, plus nasi, total makan kami Rp120.000,00. Tergolong cukup wajar sih menurutku untuk di daerah wisata. Sayangnya nama warung dan makanannya lupa kefoto, HEHEH.

Lainnya

Selain makanan-makanan khas di atas, kami juga beberapa kali makan di warung biasa. Gak jarang juga kok, warung makan semacam warung tegal (warteg), gituu dengan harga senormalnya warteg gitu sekitar 10-20 rb.

Selain itu, kalau boleh saran, selama perjalanan sebaiknya tetep menyiapkan makanan cadangan semacam roti/biskuit gitu. Barangkali tiba-tiba lapar di jalan, sedangkan lagi gak ada warung atau belum pada buka, kan, hehe.


TRANSPORTASI πŸš—πŸš—

Nah kalo ngomongin transportasi di Banyuwangi nih, kita bagi dua aja kali ya, transportasi untuk MENCAPAI Banyuwangi dan SELAMA di Banyuwangi.

Mencapai (dan Pergi dari) Banyuwangi

Banyuwangi bisa dicapai dengan berbagai kendaraan umum. Mereka punya bandara sendiri, Bandara Internasional Banyuwangi, yang meski letaknya gak di pusat kota, tapi jaraknya gak jauh-jauh amat juga. Selain itu, Banyuwangi juga bisa dicapai pakai bis AKAP. Kalau susah untuk cari yang tujuan spesifik Banyuwangi, bisa banget untuk cari yang tujuan Bali dan terus tinggal turun maksimal sebelum masuk ke Pelabuhan Ketapang.

Nah, kalau rombongan kami, kami mencapai Banyuwangi dengan kereta api jarak jauh. Kalau trayek KA jarak jauh Banyuwangi kayaknya memang stasiun terakhirnya masih di dalam kawasan Jawa Timur. Jadi semisal kita berangkat dari Jawa Tengah atau lebih ke barat, biasanya transit di Malang, Surabaya, atau Blitar.

Kami berangkat dari Bandung naik kereta api Malabar kelas Ekonomi pukul 11 malam dan sampai di Malang baru sekitar pukul 2 siang esok harinya. Setelah transit dan beberes sebentar di Malang, kami melanjutkan perjalanan ke Banyuwangi dengan kereta Tawang Alun pada sore hari dan sampai di Stasiun Banyuwangi Kota sekitar tengah malam. 

Jadi perjalanan berangkat kami:

Stasiun Kiaracondong (KAC)-Malang (ML) = Kereta Malabar Ekonomi (Rp220.000,00)

Stasiun Malang (ML)-Banyuwangi Kota (BWI) = Kereta Tawang Alun kelas ekonomi (Rp62.000,00)

Total = Rp~282.000,00

Berangkat dari Kiaracondong~~~
Berangkat kembali menuju Banyuwangi setelah transfer di Malang~~

Sementara untuk perjalanan pulang, kami kembali naik kereta, tetapi transit di Yogyakarta. Berangkat dari Banyuwangi menggunakan Kereta Sri Tanjung kelas ekonomi keberangkatan pagi sekitar pukul 7 dan sampai di Lempuyangan sekitar pukul 8 malam. Lanjut lagi ke Bandung dengan kereta Kahuripan keberangkatan dini hari dan sampai di Bandung besok paginya. Rute dan keretanya adalah sebagai berikut:

Stasiun Banyuwangi Kota (BWI)-Lempuyangan (LPN) = Kereta Sri Tanjung kelas ekonomi (Rp 94.000,00)

Stasiun Lempuyangan (LPN)-Kiaracondong (KAC) = Kereta Kahuripan kelas ekonomi (Rp80.000,00)

Total = Rp174.000,00

Nah, kalau disandingkan begini, memang relatif jauh lebih murah perjalanan pulang yang transit di Yogyakarta. Akan tetapiii, kalau transfer-transfer kereta begini sangat penting untuk memerhatikan selang waktu antara kereta pertama dengan kedua. Kalau terlalu mepet takutnya kereta pertama mengalami keterlambatan sehingga bisa tertinggal kereta kedua, sedangkan kalau terlalu jauh selangnya justru jadi "buang-buang" waktu kalau memang tidak bisa/ingin dimanfaatkan secara maksimal. Kami sendiri baik pada perjalanan berangkat maupun pulang selang waktu antara kedua kereta itu sekitar 3-4 jam. Selang waktu ini kami manfaatkan untuk mandi, makan, atau meregangkan badan.

Hal penting lainnya kalau ingin ke Banyuwangi adalah pilihan stasiunnya. Di Banyuwangi sendiri ada dua stasiun yaitu Stasiun Banyuwangi Kota--yang sudah jelas lebih dekat ke kota dan Stasiun Ketapang--yang lebih dekat ke Pelabuhan Ketapang. Jadi, bagi yang ingin melanjutkan perjalanan dengan bis/kapal, bisa pilih Stasiun Ketapang saja sebagai tujuannya. Karena akan lebih dekat menuju jalan raya ataupun pelabuhan. Ohiya Stasiun Ketapang juga merupakan stasiun paling timur di Pulau Jawa, jadi memang cukup besar. Sementara untuk Stasiun Banyuwangi Kota ... meskipun namanya mengandung "kota", tetapi letak stasiunnya gak benar-benar di tengah kota, melainkan ada di dalam permukiman warga. Oleh karena itu, semisal jadwal kedatangan di Stasiun Banyuwangi itu tengah malam, perlu dipikirkan matang-matang selanjutnya akan ke mana. Karena stasiunnya tutup setelah jadwal kereta terakhir yaitu sekitar tengah malam, hehe.

TIPS

  • Kalau naik kereta ekonomi dengan rombongan 4 orang untuk kereta ekonomi biasa (yang susunan per barisnya 3-2), bisa pilih kursinya yang kolom D-E aja. Terus barisnya yang urut. Sekalipun nanti gak pas hadap-hadapan, bisa tuker sama yang baris sebaliknya. Sementara kalau untuk rombongan 6 orang, pilihnya yang kolom A, B, C. Walaupun sama-sama aja kursi tegak, tetapi kan kalau sama rombongan sendiri bisa lebih enak sender/tindihannya HAHAHA.
Kurang lebih seperti ini tampilan kursi D-E kalau berhadapan
  • Perhatiin lagi durasi perjalanan keretanya. Kalau memang melewati waktu makan, pastikan sudah memikirkan akan bagaimana makannya. Apakah beli di kantin kereta atau bawa sendiri. Kalau kami waktu perjalanan berangkat ke Malang, karena sampainya baru pada siang hari, jadinya dari Bandung sudah bawa bekal untuk sarapan. Kalau pas pulang, karena kereta pagi, jadi kami beli ke warteg dulu untuk sarapan di keretanya.

Bekal buatan Mbak Farah untuk sarapan di kereta menuju Malang

Selama di Banyuwangi

Sepengamatanku, ya, Banyuwangi kayaknya minim sekali transportasi umum. Bahkan aku gak merasa lihat ada yang semacam angkot, elf atau bis (dalam) kota, dan semacamnya. Namun, kalau untuk ojol atau semacamnya aku kurang tau karena gak ngecek aplikasinya juga. Jadiii, bagi kami yang berombongan 4 orang, pilihan terbaiknya adalah sewa mobil.

Untuk tempat sewa dan nama masnya maaf lagi-lagi lupa (HEUHEU), tapi perintilan kebutuhannya kurang lebih begini:

Harga: Sekitar Rp300.000,00 per hari (Avanza manual)

Catatan: Lepas kunci dan tanpa bensin.

Alasan lain kenapa kami memilih untuk sewa mobil sebenernya juga agar bisa dijadikan tempat istirahat juga, jadi hemat akomodasi, HEHE.

Untuk bensinnya isi premium 2x, pertama Rp300.000,00 mampu untuk keliling dua hari pertama (kota-Baluran-Bangsring-kota-Ijen-keliling kota). Kemudian isi kedua kalinya sebanyak Rp150.000,00 untuk kota-Meru Betiri-kota, itu masih sisa.

Ah, kalau mau nyetir sendiri mobil/motor selama berkeliling Banyuwangi, sebaiknya lebih berhati-hati, ya. Kalau di jalan nasional (Banyuwangi-Situbondo/Jember) itu cukup banyak bis-bis AKAP yang nyetirnya ... ya gitu deh, wkwk. Dan kalau perjalanan ke Ijen itu naik/turun gunung dengan berbagai tikungan tajam dan kalau malam gelap. Sementara untuk perjalanan ke Meru Betiri, gak separah Ijen, sih, tapi ya bukan jalanan kota juga. Pastikan kendaraan, supir, dan keneknya dalam kondisi aman dan sehat untuk jalan, yaaa~~

Btw, selama di Banyuwangi ini biaya parkir mobil sekitar Rp2.000,00-Rp5.000,00.


AKOMODASI πŸ’€

Untuk bagian akomodasi ini, aku coba runutkan dari hari ke hari kami stay di Banyuwangi, ya. Setelah sampai di Stasiun Banyuwangi Kota hampir tengah malam, kami kira bisa digunakan untuk menginap, tapi ternyata gak bisa karen kereta kami adalah kereta terakhir dan setelah itu stasiunnya tutup setelah kereta terakhir (sekitar tengah malam) ....

Malam (Dini Hari) Pertama: Masjid Raya Banyuwangi: Masjid Raya Baiturahman

Untungnya kami memang janjian dengan rental mobilnya pada dini hari itu, jadi akhirnya setelah dapat mobil, kami bergegas ke masjid raya Banyuwangi yaitu Masjdi Baiturahman. Setelah sampai sana sekitar pukul 2, ternyata ... area masjidnya juga tutup WKKWKWK. Gerbang masuknya aja bahkan juga tutup, jadi kami hanya bisa parkir di depan gerbang dan tidur di dalam mobil. Baru sekitar subuh masjidnya buka dan kami bisa masuk. Masjid Raya Baiturahman ini terbuka untuk umum. Kamar mandinya--yang wanita juga biliknya banyak dan bisa digunakan untuk mandi. Jadilah kami setelah subuh (dan tidur lagi), kami mandi pagi dan menyiapkan diri untuk perjalanan berikutnya.

Parkir Mobil Masjid Raya Baiturrahman (yang baru buka mulai subuh, hehe)

Malam Kedua: Parkiran Taman Nasional Kawah Ijen

Kembali mengaplikasikan mode hemat dan alasan kenapa pilihnya nyewa mobil.

Tapi jujur ini kondisinya waktu itu dingin puooolll. Harus sering-sering bangun untuk bergerak. Akan tetapi, kalau emang gak kuat banget, warga di sekitar parkiran ini--alias warung sekitar juga ngadain bakar-bakar api unggun, gitu. Barangkali kamu cukup mampu untuk bergaul dan bercengkrama, mungkin opsi seperti ini bisa dipertimbangkan.

Kami parkir (dan menginap) tepat di depan tulisan inii.

Malam Ketiga: Puri Made 2 Homestay

Hari itu kami turun dari wilayah Kawah Ijen dan kembali ke kota pada sekitar waktu makan siang. Sebenarnya kami berencana menginap di penginapan resmi sebelumnya. Akan tetapiii, karena hari seebelumnya kami sepenuhnya di tempat wisata dengan kegiatan jalan, snorkeling, dan mendaki, kondisi tubuh kami pun sangat lelah hingga memutuskan untuk cari penginapan agar bisa tidur dengan layak, haha. Pencarian penginapan ini dilakukan dalam kondisi kepepet, lupa lewat mananya sejujurnya, tapi pada akhirnya kami menemukan Puri Made 2 Homestay di internet. Sesampainya di sana, ternyata kamar yang kami mau bukan di lokasi tersebut (yang tercantum di Google Maps), melainkan di sebelah Kami Homestay kalo dari Google Maps. Biar lebih jelasnya mangga lihat gambar di bawah aja, ya.

Letak homestay kami. Gang masuknya dari samping Indomaret Ketapang (ditandai bintang merah), tempat parkir mobilnya di Puri Made 2 Homestay, dan kamar menginapnya di samping KAMI Homestay (ditandai bintang hitam)

Untuk harga Rp85.000,00 per kamar, penginapan ini sudah cukup dan wajar, serta lebih banyak positifnya dibanding negatifnya sih menurutku. Dengan fasilitas kipas, kasur busa di bawah (nempel lantai), kamar mandi yang cukup bersih, dan jemuran handuk di luar. Letak gangnya persis di depan Pelabuhan Ketapang, jarak dari jalan raya yang menghubungkan Situbondo-Banyuwangi juga gak jauh, masih wajar kalau jalan kaki, dan dekat indomaret maupun warung. Paling kekurangannya kalau bawa kendaraan roda empat itu parkirnya harus di tempat yang punya, sih. Soalnya lahan di depan kamarnya cuma bisa untuk parkir kendaraan roda dua. Kalau ditanya kipas angin "doang" cukup atau enggak untuk mengatasi panasnya Banyuwangi, waktu itu sih aku gak merasa Banyuwangi sepanas itu, ya, jadi cukup-cukup aja, haha.

Malam Keempat: Masjid Raya Baiturrahman dan tempat mas rental mobil

Rental mobil kami sebenarnya berakhir pada hari kamis malam. Salahnya kami juga gak memikirkan tentang penginapan untuk malam terakhir ini, karena sebelumnya mikirnya bisa nginep di Stasiun Banyuwangi aja. Ternyata enggak, haha. Untungnyaaaa, mas-mas rentalnya sangat baik untuk memberi kami tempat menginap sebelum pulang dengan kereta pagi keesokan harinya.


PERLENGKAPAN LAINNYA πŸ‘šπŸ§»

Untuk pakaian, perjalanan total 6 hari 6 malam ini aku "cuma" bawa 4 atasan dan 3 bawahan, kerudung, satu jaket, plus satu setel dipakai ketika awal perjalanan. Jumlah setelan pakaian ini ... mepet sih, haha. Karena kami mendadak ada agenda snorkeling di Pantai Bangsring, jadinya mepet. Akan tetapiii, kalau memang sekiranya butuh me-laundry, di sekitar Banyuwangi itu ada kok laundry yang sehari jadi. Barangkali mau dijadikan pertimbangan.

Jangan lupa juga untuk bawa perlengkakpan mandi (handuk dan perintilan) sendiri karena perjalanan banyak mobilisasi ini harus dari kitanya yang memenuhi kebutuhan sendiri. Belum lagi juga kalau penginapannya yang minim.

Untuk tas sendiri bawa 1 ransel medium dan 1 tas selempang yang selalu dibawa ke mana-mana. Jangan lupa persiapan bawa kresek dan tote bag barangkali ternyata ada barang-barang basah maupun ternyata gak cukup.

Spek minimal menurutku untuk perjalanan ke Banyuwangi dengan rencana perjalanan seperti kami adalah sebagai berikut:

  • Pakaian dan kaus kaki
  • Perlengkapan mandi (termasuk tisu basah)
  • Jas hujan (yang sekali/dua kali pakai juga cukup)
  • Payung
  • Perlengkapan Ijen (kupluk, jaket, sarung tangan; kalau punya masker gas juga bagus


PENUTUP

Dengan selesainya pembahasan bagian kedua ini, artinya berakhir sudah juga ceritaku tentang  perjalanan Banyuwangi pada tahun 2020--tiga tahun lalu yaampun!!!! Kalau dari aku sendiri menghabiskan sekitar 1,2 juta rupiah. Tapi ini minimal, yaa, belum sama jajan-jajan lain (yang kurang penting, haha) selama perjalanan. Rangkaian perjalanan dan anggaran lengkap perjalananku bisa dilihat di sini 

Terima kasih terkhusus kepada rekan-rekan perjalananku (Mbak Farah, Mbak Sekar, dan Mas Adam), juga bagi kalian yang sudah mau membaca! Semoga bermanfaat, atau paling enggak, gak merugikan. 

MATUR NUWUUUUN

Tanda cinta kepada para pembaca~~~

===

Sampai bertemu lagi di cerita berikutnya!

Bandung-Bekasi, Desember 2022-10 Maret 2023.

Comments