17 Tahun, Lalu Apa?
"Selamat
ulang tahun ke 17 ya!! Cie mau bikin KTP! Adain Sweet Seventeen Party yang
meriah dong!"
Bagi yang masih hangat-hangatnya ulang tahun ke 17, pasti
gak asing dengan kalimat-kalimat semacam itu. Bangga rasanya, sudah mencapai
usia 17 tahun. Sudah bisa bebas dan bukan "anak kecil" lagi.
Salah satu "keuntungan" dari tujuh belas tahun
adalah kita sudah memiliki hak kebebasan penuh tentang apa yang akan kita
lakukan. Akan tetapi, sadarkah kita? Seperti hidup dan mati yang selalu
berdampingan, begitu juga dengan hak untuk bebas yang didapatkan saat berusia
tujuh belas tahun. Hak akan kebebasan juga datang beriringan dengan kewajiban
untuk mempertanggungjawabkannya. Tanggung jawab atas omongan dan perbuatan,
baik yang disengaja ataupun tidak.
Selama hidup, kita pasti pernah mengalami candu. Candu
terhadap makanan, gadget, rokok, idola, game, dan sebagainya. Hm, kalo saya
pribadi sih, merasa wajar untuk punya
candu (dalam batasan tertentu). Karena candu itu bisa dibilang ya semacam "penghiburan
diri" lah, refreshing istilahnya. Dan perlu diingat bahwa candu tidak hanya berlaku pada remaja, tetapi juga pada semua
golongan usia.
Dalam batasan tertentu, candu memang wajar untuk dimiliki.
Meskipun demikian, kembali lagi ke tanggung jawab, bisakah kita
mempertanggungjawabkannya? Menjamin bahwa waktu yang dihabiskan untuk memuaskan
hasrat itu tidak berdampak buruk bagi kita, atau orang-orang di sekitar kita?
Ambil contoh gadget misalnya, zaman sekarang gadget memang
sudah menjadi kebutuhan. Itu adalah hal yang wajar seiring dengan teknologi
yang berkembang pesat. Ditambah lagi, tidak ada yang bisa melarang orang lain
dari kebutuhan akan gadget. Namun, pertanyaan kembali diajukan pada diri
sendiri, dari sekian jam yang dihabiskan
untuk menatap layar, berapa persenkah yang benar-benar bermanfaat?
Rasa tanggung jawab
lahir bukan dari bakat, tapi dari kebiasaan sehari-hari. Anak SMP yang
diberikan ibunya tanggung jawab untuk membeli sayur dan mengembalikan sisa
uangnya, bisa saja lebih bertanggung jawab dibanding pejabat di luar sana yang
diamanahkan proyek-proyek negara bernilai triliun. Maka dari itu, bukan tidak
mungkin hal-hal kecil yang kita lakukan sekarang, akan menjadi kebiasaan di
masa mendatang.
Tanggung jawab, memang
seharusnya menjadi hal yang wajib bagi semua manusia. Akan tetapi, dengan usia
yang secara status menyatakan telah dianggap dewasa itu, bukankah seharusnya
kita lebih sadar akan tanggung jawab yang dimiliki? Yah, walaupun pada
akhirnya, dewasa atau tidaknya seseorang ditentukan oleh sikapnya sendiri,
bukan berdasar dari banyaknya digit usia yang dimiliki.
Bekasi, 14 Februari 2018 (walaupun baru diunggah 28 Maret 2018 hehe)
--P.S--
Tujuan utama dari
tulisan ini adalah untuk menjadi reminder
bagi masing-masing dari kita, tanpa ada maksud menggurui, atau bahkan menyuruh.
Bila ternyata ada yang merasa terpojokkan –yang mungkin saya sendiri– ayo kita
sama-sama berubah menjadi lebih baik dan bertanggungjawab. Sehingga kedepannya
di Indonesia keberadaan orang bertanggungjawab bukan lagi hal yang asing J.
Comments
Post a Comment