5 Novel Favorit

Yass, tema tulisan gue selanjutnya adalah 5 novel favorit gue. Ingett, versi selera gue lho yaaa. Kalo beda toh ya gak masalah, namanya juga pendapat pribadi. Jadi, 5 novel dibawah ini lah yang paling cocok sama selera gue, dan paling meninggalkan kesan di hati. Ngomong-ngomong, 5 novel ini gue nulisnya gak berurutan lho yaa. Dari 5 ini semuanya 1st di hati gue, haha. Ah ngomong mulu nih, langsung aja yak.

1.       Critical Eleven oleh Ika Natassa
Novel ini membuat gue tertarik dari covernya, dan membuat jatuh hati hanya dari prolognya. Gue suka banget sama cara Ika Natassa nulis dan menyampaikan ceritanya, kalo gue bilang yaa level medium laah. Berat, tapi masih mudah dimengerti. Daann, i love Ale soooo much. Iya ngerti kalo dia pernah nyakitin Anya, tapii, seenggaknya dia sadar akan kesalahannya dan berusaha buat memperbaiki (ugh, i love ANJIS scene the most). Oops sorry for the spoiler >.<. Ya tapi bukan berarti semua orang bisa aja buat kesalahan dengan tau nantinya bisa diperbaikin -_--.

2.       Negeri 5 Menara Trilogi oleh Ahmad Fuadi

Man Jadda Wa Jadda (Siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil)
Man Shabara Zhafira (Siapa yang bersabar akan beruntung)
Maan saara ala darbi washala (Siapa yang berjalan di jalan-Nya akan sampai di tujuan)

Novel ini menceritakan tentang kehidupan seorang Alif, seorang anak laki-laki asal Maninjau, yang memulai perjuangan hidupnya dengan nekat merantau ke Pesantren Gontor, di Ponorogo. Setelah membaca trilogy ini, yang masing-masing menceritakan tentang makna 3 kalimat itu dalam hidup Alif, gue sendiri juga jadi mulai termotivasi oleh 3 kalimat itu dan mulai nemuin maknanya dalam hidup gue. That’s why novel ini meninggalkan kesan yang berarti buat gue.
*Diantara 3 series itu, favorit gue adalah buku pertama, Negeri 5 Menara. Mungkin karena gue gak pernah sekolah di sekolah Islam ataupun pesantren kali ya, gue ngerasa seru banget baca kisah mereka di pondok.
**Tapii, kalo quote favorit gue itu yang Man Shabara Zhafira. Karena itu ngajarin dan ngingetin gue banget untuk sabar dalam menghadapi apapun.

3.       The Truth About Forever oleh Orizuka

Maybe for some, the plot is cliché. Yes it is. Tapi yang menurut gue bikin beda adalah, penggambaran karakter cewenya disini, itu realistis. Hmm, kalo kita ngeliat orang yang kena masalah, kita biasanya bisa “dengan gampangnya” nenangin dan ngasih mindset “it’s okay”. Tapi ketika masalah itu kita yang menghadapi sendiri, semua gak semudah itu. Dan pasti ada rasa ragu dan goyah dong. Nah disitulah gue ngerasa kalo penggambaran karakter Kana disini tuh realistis karena dia sempet ragu sama dirinya sendiri saat tahu masalahnya Yogas. Dan, ini satu-satunya buku Orizuka yang gue baca, jadi gue gak begitu tau apakah gaya menulisnya Orizuka memang seperti ini atau gimana.
Over all, emang, di list ini lima-limanya favorit gue, tapi, The Truth About Forever ini yang paling less-favorit diantara favorit, hm gimana itu bahasa lainnya ya....


4.       Jingga dan Senja Jingga Dalam Elegi oleh Esti Kinasih

Dua buku ini, menurut gue masuk ke dalam kategori: Klise tapi berbeda. Kalo cuma baca buku pertama (Jingga dan Senja) doang rasanya emang ih klise banget. Tapi begitu masuk ke buku kedua, baru keliatan bedanya sama cerita-cerita klise lainnya. Buku ini ditulis sekitar tahun 2010-2012, dan gaya bahasanya emang sesuai sama sekitaran tahun itu. Tapi kalo bacanya di tahun 2016/2017, pasti ngerasa aneh dengan kalimat yang disingkat-singkat, media komunikasi yang cuma pake SMS dan telepon.
Walaupun gue suka dengan 2 buku pertama, tapi begitu penantian selama 5-6 tahun untuk buku ketiga berakhir, boom. Kalo boleh jujur, gue agak kecewa dengan buku ketiga. Mulai dari tau kalo ternyata ceritanya belum selesai di buku ketiga, dan masih ada buku keempat. Juga karena karakter ceritanya yang menurut gue terlalu banyak, jadi ngebuat ceritanya agak messy.
Well, balik lagi ke buku 1 dan 2, menurut gue kalo lo (hm, kamu/anda) bisa tolerir sama novel yang gaya bahasanya tahun 2010-2012, i recommend you this two.

5.       The Architecture of Love oleh Ika Natassa

Bukunya Ika Natassa lagiiii. Masih sama dengan review di CE yang mana gue suka cara penulisan dan penyampaiannya. Tapi kalo di buku ini ditambah lagi dengan cerita yang latarnya di New York. Bagi gue yang belum pernah ke New York, semua penyampaian dan penggambaran suasana dan tempatnya tuh bikin pembacanya serasa di New York beneran, ugh. Dan Ika Natassa sekali lagi bisa ngebawa pembacanya seakan masuk dan hadir di suasana itu. Top markotop deh Ika Natassa!!!


Nah udah 5 deh ituu. Sekali lagi, ini 5 versi gue yaa. Gak apa-apa kita beda selera novelnya. Tapi yang pengen gue bicarakan adalah jangan pernah mengejek / menjelek-jelekkan selera yang dimiliki orang lain. Bukan cuma selera dalam novel, tapi juga karya-karya lainnya. Karena selera itu bukan matematika yang 1+1 hasilnya udah pasti 2. Jiaaa #kriuk #kriuk.

Ohiya, bagi yang mau liat review-review tentang buku dari orang-orang lain, atau cari rekomendasi buku, mungkin bisa kunjungin www.goodreads.com , disitu ada sinopsis, dan review-review pembacanya juga. Udah sampe sini dulu bor, let's read! Karena mimpi akan semakin dekat dengan imajinasi #apalah. Sampai jumpa lagi~~


-6 uni 2017-

Comments